Ciri-ciri
Mahluk Hidup
https://www.google.co.id/search?q=gambar+ciri+-+ciri+makhluk+hidup&rlz=1
1. Bernapas
Semua makhluk hidup
melakukan proses pernapasan. Bernapas adalah proses mengambil udara (O2) dari
luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh. Oksigen (O2) sangat
diperlukan makhluk hidup untuk pembakaran makanan dalam tubuh dan menghasilkan
energi yang diperlukan tubuh atau disebut juga oksidasi tubuh. Energi ini
digunakan tubuh untuk bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Reaksi oksidasinya sebagai berikut
:
Zat makanan + oksigen —> energi
+ uap air + karbon dioksida.
Makhluk hidup bernapas
menggunakan alat alat pernapasan, setiap makhluk hidup memiliki alat pernapasan
yang berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dan hewan vertebrata
bernapas dengan paru – paru, ikan dengan insang, cacing dengan kulit dan yang
lainnya, sedangkan tumbuhan bernapas dengan mulut daun (stomata) dan lentisel
(lubang lubang yang ada pada batang tumbuhan
2. Bergerak
Bergerak adalah merupakan perubahan posisi, baik seluruh tubuh atau sebagian.
Hal ini disebabkan oleh adanya tanggapan terhadap rangsang. gerak dibagi dua
yaitu gerak aktif dan gerak pasif, gerak aktif adalah gerak berpindah tempat
yang dilakukan oleh manusia dan hewan, kita dapat dengan mudah mengamati gerak
manusia atau hewan, contohnya berlari, berjalan, terbang, berenang dan lain
lain. Sedangkan gerak pasif adalah gerak yang ditunjukkan oleh tumbuhan,
contohnya gerak akar menuju sumber air, gerak ujung batang menuju arah
matahari, gerak mekarnya bunga gerak menutupnya daun putri malu jika disentuh,
gerak ujung batang dari bawah ke atas ke arah sinar matahari, dan gerak
membukanya biji lamtoro disebabkan perubahan kadar air.
3. Makan
Makanan diperlukan
oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, untuk pertumbuhan dan mengganti
sel-sel yang rusak. Makanan yang dimakan harus mengandung zat-zat makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya, karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
dan mineral. Karbohidrat sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi. Zat
makanan ini terdapat dalam umbi-umbian seperti singkong, kentang, dan ketela.
Selain itu, terdapat dalam biji-bijian, seperti jagung, beras, gandum, dan
tepung terigu. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan bagi tubuh. Lemak
memiliki kalori paling tinggi dibandingkan zat makanan lainnya. Zat makanan ini
terdapat dalam susu dan mentega.
4. Peka
Terhadap Rangsang
Setiap makhluk hidup
mempunyai kemampuan untuk bereaksi (peka) terhadap segala perubahan di
sekitarnya. Untuk mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi di sekitarnya,
hewan dan manusia dilengkapi alat indra. Alat indra tersebut adalah telinga
yang peka terhadap getaran suara, mata yang peka terhadap cahaya, lidah yang
peka terhadap rangsangan rasa dan kulit peka terhadap sentuhan.
Tumbuhan tidak
mempunyai alat indra. Akan tetapi, tumbuhan mempunyai kemampuan bereaksi
terhadap rangsangan lingkungannya. contohnya daun putri malu yang menguncup
ketika disentuh.
5. Tumbuh
dan Berkembang
Tumbuh adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel, pertumbuhan bersifat kuantitatif, artinya dapat dihitung atau
dinyatakan dengan angka, dan irrevesibel yang artinya tidak dapat berubah ke
bentuk semula.
Berkembang adalah
proses menuju kedewasaan yang dipengaruhi oleh hormon, nutrisi dan lingkungan.
Contohnya semakin
bertambah umur, maka semakin bertambah tinggi dan berat badan, ini menunjukkan
bahwa manusia mengalami pertumbuhan, begitu pula tumbuhan tumbuh dari biji,
kecambah dan terus tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
6. Berkembang
Biak
Makhluk hidup
berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Cara berkembangbiak dibedakan
menjadi dua, yaitu secara kawin/generatif, yaitu perkembangbiakan
yang melibatkan sel telur dan sel sperma. Dan secara tak
kawin/vegetatif, yaitu perkembangbiakan yang tidak melibatkan sel
telur dan sel sperma, melainkan melibatkan sel tubuh. Hewan berkembang biak
antara lain dengan melahirkan, bertelur, bertelur-melahirkan, bertunas,
fragmentasi atau membelah diri. Tumbuhan berkembang biak secara alami dan
buatan.
Perkembangbiakan alami
pada tumbuhan yaitu dengan biji (kawin) dan dengan tidak kawin, misalnya
membelah diri, spora, tunas, umbi, geragih dan akar tinggal. Perkembangbikan
tumbuhan secara buatan, misalnya stek, cangkok, runduk dan kultur jaringan.
7. Adaptasi
Setiap makhluk hidup
hanya dapat hidup dengan baik pada lingkungan yang sesuai. Contohnya
tumbuhan tropis dapat hidup dengan baik pada suhu lingkungan antara 10-400 C.
tumbuhan di daerah kutub dapat hidup dengan baik pada suhu lingkungan antara
5-150 C. ikan dapat hidup dengan baik pada lingkungan air yang bersuhu 10-300
C. pada lingkungan air yang bersuhu lebih atau kurang dari suhu tersebut
kahidupan ikan akan terganggu.
Manusia merupakan
satu-satunya makhluk di alam ini yang mempunyai akal dan pikiran. Dengan
kemampuan itu, manusia dapat bertahan pada berbagai suhu lingkungan karena
dapat mengubah suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.
Adaptasi adalah
kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk
mempertahankan diri. Terdapat tiga macam adaptasi, yaitu:
a. Adaptasi morfologi, yaitu penyesuaian
diri terhadap alat-alat tubuhnya. Contoh: burung elang mempunyai kuku yang
tajam untuk menerkam mangsa. Bunga teratai mempunyai daun yang lebar untuk
memperluas bidang penguapan.
b. Adaptasi fisiologi, yaitu penyesuian
diri terhadap lingkungan dengan fungsi alat-alat tubuh. Contoh : Manusia
menambah jumlah sel darah merah bila berada di pegunungan. Kotoran unta kering
, tetapi urinenya kental
c. Adaptasi tingkah laku, yaitu
penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan tingkah lakunya. Contoh: Bunglon
mengubah warna tubuhnya, ikan paus muncul kepermukan secara periodik.
8. Mengeluarkan
Zat Sisa
Dalam proses penyerapan makanan, terbentuklah zat sisa yang merupakan zat yang
tidak terserap oleh tubuh. Zat-zat itu disebut zat sisa oksidasi biologis,
misalnya air dan karbon dioksida.Berdasarkan aktivitas tubuh dan hasilnya,
pengeluaran zat-zat sisa dibedakan atas : Ekskresi, Respirasi, Defekasi.
Ekskresi, merupakan
pengeluaran zat-zat sisa yang dilakukan oleh kulit dan ginjal. Kulit akan
mengeluarkan zat sisa yang dinamakan keringat karena adanya kelenjar keringat
di bawah kulit. Ginjal akan menyaring darah dan mengeluarkan zat sisa yang
disebut urine.
Respirasi, merupakan
pengeluaran CO2 sebagai zat sisa proses respirasi yang dikeluarkan melalui
hidung.Defekasi, merupakan pengeluaran zat sisa pencernaan makanan yang berupa
tinja (feses) melalui anus.
B. Keanekaragaman Mahluk Hidup
Ketika kita mengamati
makhluk hidup kita menemukan banyak perbedaan sifat antara satu dan yang
lainnya, kenekaragaman sifat ini tidak hanya terjadi pada makhluk hidup antar
jenis, tapi juga antar individu dalam satu spesies. Keanekaragaman pada makhluk
hidup disebut juga dengan keanekaragaman hayati atau biodeversitas menunjukkan
adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran dan sifat lainnya yang meliputi
keseluruhan berbagai variasi pada tingkat gen, jenis serta ekosistem disuatu
daerah.
1. Tingkat
Keanekaragaman Makhluk Hidup
Tingkat keanekaragaman hayati terbagi
menjadi tiga macam, yaitu :
a. Keanekaragaman
Gen
Setiap makhluk hidup
tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan
substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan
dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat
dalam kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau
segmen dari rantai terpilin (DNA). Setiap individu memiliki susunan gen yang
khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen
menunjukkan adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen
tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup,
seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan
sebagainya.
Keanekaragaman gen
dalam satu spesies disebut varietas, contohnya dalam spesies kucing, kita
mengenal kucing angora, siam dan inggris, Demikian juga pada tanaman padi yang
terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu.
Contoh : pada tumbuhan
Bentuk, rasa, warna
pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada
ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut
dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar
penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri
atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada
keturunannya.
Gen pada setiap
individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya
berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen
inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Apa yang menyebabkan
terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua individu makhluk hidup
sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan
memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya.
Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan
keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas)
yang terjadi secara alami atau secara buatan,Keanekaragaman yang terjadi secara
alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan
lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi
sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor
genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain
melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
No
|
Mangga
|
Bentuk
Buah
|
Rasa
|
Aroma
|
1
|
Golek
|
lonjong
panjang
|
manis
|
tidak
wangi
|
2
|
kuini
|
bulat
telur, besar
|
manis
|
wangi
|
3
|
gedong
|
bulat,
kecil
|
lebih
manis
|
tidak
wangi
|
Pada manusia juga
terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain
ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang,
kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus,
keriting). Cobalah perhatikan diri Anda
Jadi
keanekaragaman hayati tingkat gen : Gen mengekspresikan berbagai variasi
dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada bunga ros merah dengan
putih, ukuran daun, tinggi pohon, dsb
b. Keanekaragaman
Jenis
Keanekarahaman jenis
disebut juga keanekaragaman spesies. Spesies adalah kumpulan makhluk hidup yang
memiliki persamaan ciri umum dan dapat melakukan perkawinan dengan sesamanya
serta menghasilkan keturunan yang subur (fertil).
Keanekaragaman hayati
tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada
berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai
spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan
kentang (Solanum tuberosum) dan tumbuhan tomat (Solanum lycopersicum). Meskipun
berada dalam genus yang sama, yaitu Solanum, kedua tumbuhan tersebut memiliki
sifat-sifat yang berbeda.
Variasi bentuk,
penampilaan dan sifat yang terlihaat pada berbagai jenis organisme disebut
keanekaragaman jenis.
Sebagai contoh
keanekaragaman jenis pada tumbuhan adalah variasi bentuk, penampilaan dan sifat
antara tanaman padi, jagung dan tebu. Variasi bentuk, penampilan dan sifat
antara ayam, tikus dan kucing sebagai contoh keanekaragaman jenis pada hewan.
Untuk mengetahui
keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat
mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran
tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga
kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan
kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah
membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara
ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang
tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk
buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
c. Keanekaragaman
Ekosistem
Ekosistem adalah
berbagai jenis makhluk hidup yang berinteraksi dengaan lingkungaannya.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik (iklim, air, tanah, udara,
cahaya suhu dan kelembaban) daan lingkungan kimia (salinitas, keasaman dan
mineral). Makhluk hidup disebut komponen biotik, lingkungan disebut komponen
abiotik. Interaksi dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen
biotik dengan komponen abiotik.
Suatu tipe ekosistem
tertentu mempunyai kombinasi orgaanisme dan unsur lingkungan yang khas, berbeda
dengan susunan kombinasi faktor-faktor biotik dan abiotik pada ekosistem yang
lain. Perbedaan yang demikian disebut keanekaragaman ekosistem.Contoh
keanekaragaman ekosistem adalah macam-macam ekosistem sungai, ekosistem kolam,
ekosistem sawah dan ekosistem hutan.
Ekosistem tersusun dari komponen hidup
(biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Antara kedua komponen tersebut
saling berinteraksi.
1. Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan bagian
ekosistem yang terdiri atas makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, ataupun
makhluk hidup pengurai. Berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem, komponen
biotik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer
(pengurai).
a. Produsen
Produsen merupakan
makhluk hidup yang dapat menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik yang
sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup lainnya. Semua
tumbuhan berklorofil merupakan produsen karena dapat mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Fotosintesis dapat terjadi
dengan bantuan cahaya matahari. Hasil fotosintesis berupa gula yang
kemudian dapat diurai menjadi lemak, protein, karbohidrat,
dan vitamin yang merupakan sumber energi bagi makhluk hidup
lainnya.
b. Konsumen
Konsumen merupakan
makhluk hidup yang berperan sebagai pemakan bahan organik atau energi yang
dihasilkan oleh produsen yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Manusia, hewan, dan tumbuhan tak berklorofil merupakan konsumen karena tidak
dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik sehingga manusia, hewan,
dan tumbuhan tak berklorofil disebut konsumen.
Konsumen dapat dibagi menjadi beberapa
tingkatan, yaitu sebagai berikut.
1) Konsumen tingkat pertama (konsumen
primer) merupakan konsumen yang memakan tumbuhan secara langsung, misalnya,
hewan pemakan tumbuhan (herbivor), seperti zooplankton, ulat, belalang, tikus,
sapi, kerbau, kambing, dan kuda.
2) Konsumen tingkat kedua (konsumen
sekunder) merupakan konsumen yang memakan konsumen tingkat pertama, misalnya,
burung pemakan ulat dan ular pemakan tikus. Biasanya adalah hewan pemakan
daging (karnivora).
3) Konsumen tingkat ketiga (konsumen
tersier) merupakan konsumen yang memakan konsumen tingkat kedua, misalnya,
burung elang pemakan ular atau burung alap-alap pemakan burung pemakan
ulat.
4) Konsumen tingkat keempat (konsumen
puncak) merupakan konsumen yang memakan konsumen tingkat ketiga. Manusia
sebagai pemakan tumbuhan dan daging (omnivora) berada pada tingkatan
konsumen.
c. Dekomposer (Pengurai)
Onggokan sampah yang
menumpuk akan diurai oleh bakteri pembusuk dan jamur. Sisa-sisa makanan,
bangkai binatang, dan sisa bahan organik lainnya akan menjadi makanan bagi
bakteri pembusuk. Setelah diurai oleh bakteri, sisa bahan organik tersebut
membusuk menjadi komponen penyusun tanah.
Tanah menjadi subur dan baik untuk
ditanami. Begitu seterusnya sehingga tanaman sebagai produsen dikonsumsi oleh
konsumen primer dan sampai pada akhirnya konsumen akhir mati dan diuraikan
oleh dekomposer. Untuk mengamati kerja bakteri pembusuk, cobalah
kalian buat suatu percobaan. Pernahkah kalian membuat pupuk kompos?
Pupuk kompos ini
adalah hasil kerja bakteri pembusuk. Selain kalian dapat belajar
biologi, kalian juga dapat memanfaatkan hasil kerja bakteri ini untuk
menambah penghasilan. Bukankah sekarang banyak sekali toko-toko tanaman hias
yang membutuhkan? Kalian dapat mencobanya. Nah, menarik bukan,
belajar biologi sambil berwirausaha?
Berdasarkan sumber makanan makhluk
hidup, komponen biotik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1 ) Makhluk Hidup Autotrof
Makhluk hidup Autotrof
merupakan makhluk hidup yang mampu membuat makanan sendiri dengan cara mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini merupakan semua
makhluk hidup yang mengandung klorofil sehingga dengan bantuan sinar matahari
dapat melakukan fotosintesis. Contohnya, produsen atau tumbuhan
hijau.
2 ) Makhluk Hidup Heterotrof
Makhluk hidup Heterotrof adalah makhluk
hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri karena tidak dapat mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini dapat memperoleh
makanan dengan cara memakan makhluk hidup lain. Contohnya makhluk hidup
herbivor, karnivor, dan omnivor.
2. Komponen Abiotik
a .Cahaya Matahari Dalam
berfotosintesis, tumbuhan hijau memerlukan cahaya matahari. Tanpa adanya cahaya
matahari, tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis.
b . Oksigen dan Karbon Dioksida Oksigen
diperlukan oleh hewan, tumbuhan, dan manusia dalam proses respirasi.
Pada respirasi dikeluarkan gas karbon dioksida. Karbon dioksida
diperlukan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Dalam proses fotosintesis akan dilepaskan oksigen. Dengan
demikian, terjadi siklus oksigen dan karbon dioksida
dalamproses pernapasan dan fotosintesis.
c . Air Untuk mempertahankan hidupnya,
setiap makhluk hidup memerlukan air. Tubuh makhluk hidup terdiri dari 90% air.
Air berfungsi sebagai pelarut zat makanan yang dimakan oleh makhluk
hidup. Air juga diperlukan oleh tumbuhan
dalam proses fotosintesis. Bagi hewan air, seperti ikan, katak, dan
buaya, air diperlukan untuk tempat hidupnya.
d . Tanah Tanah merupakan tempat tumbuh
makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Selain itu, tanah merupakan sumber makanan
bagi hewan dan tumbuhan. Tanah merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup
yang beraneka ragam.
e . Suhu Seperti telah disebutkan di
atas bahwa adanya cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
suhu. Pada saat matahari bersinar terik dengan intensitas yang tinggi,
suhu udara akan meningkat sehingga udara terasa
panas.
f . Kelembapan Daerah yang berhawa
dingin seperti pegunungan lebih lembap daripada daerah yang berhawa panas
seperti pantai. Pada daerah lembap, lebih banyak terdapat tumbuhan yang
memerlukan sedikit sinar matahari, seperti paku-pakuan, lumut, dan
anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada batu-batu lembap,
batang kayu basah, dan lainnya. Di daerah panas, misalnya pantai, lebih
banyak ditumbuhi tumbuhan, seperti bakau dan pohon kelapa.
C. Gejala
Alam Biotik
Gejala
alam Biotik adalah gejala alam yang terjadi karena adanya interaksi mahluk
hidup, misalnya oleh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Gejala alam biotik
juga berkaitan dengan kajian tentang munculnya kehidupan di alam semesta, dalam
arti dengan adanya sebuah gejala alam Biotik, maka akan diketahui tanda hidup
dan kehidupan pada makluk hidup itu sendiri.
Ilmu
biotik sendiri merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makluk
hidup yang dikhususkan untuk mengetahui ciri-cirinya, seperti bernafas,
memerlukan makanan, bergerak, berkembang biak, beradap tasi, iritabilitas, dan
lain sebagainya.
Dari pengertian tentang gejala alam biotik diatas, maka secara sederhana contoh gejala alam biotik dapat dibuat sebagai berikut:
Dari pengertian tentang gejala alam biotik diatas, maka secara sederhana contoh gejala alam biotik dapat dibuat sebagai berikut:
1. Manusia bernafas
dengan paru-paru
2. Ikan berenang dengan sirip
3. Metamorfosis pada kupu-kupu
4. Burung terbang dengan sayap
5. Kerbau berjalan dengan kaki
2. Ikan berenang dengan sirip
3. Metamorfosis pada kupu-kupu
4. Burung terbang dengan sayap
5. Kerbau berjalan dengan kaki
D. Hubungan Antar Komponen Ekosistem
Di dalam ekosistem
terjadi saling ketergantungan antar komponen, sehingga apabila salah satu
komponen mengalami gangguan maka mempengaruhi komponen lainnya. Ekosistem
dikatakan seimbang apabila jumlah antara produsen, konsumen I dan konsumen II
seimbang keterangan gambar anak panah : dimakan.
1 . Hubungan antara komponen
biotik dan komponen abiotik
Keberadaan komponen
abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan
dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan
tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam mineral.
Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik
yaitu tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga
mata air dapat bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada
tumbuhan, air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan
menjadi tandus. Komponen abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara
lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara.
2 . Hubungan antara komponen
biotik dengan komponen biotik
Di antara produsen,
konsumen dan pengurai adalah saling ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup
yang hidup tanpa makhluk lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup
lainnyauntuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun
taklangsung. Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumendan
pengurai. Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan melaluiperistiwa sebagai
berikut:
a . Rantai makanan
Merupakan peristiwa makan dan dimakan
dalam suatu ekosistem dengan urutan tertentu.
Ket
: Rumput (Produsen)
: Tikus (Konsumen
Primer)
: Ular (Konsumen
Sekunder)
: Elang (Konsumen
Tersier)
b . Jaring-jaring makanan
Merupakan sekumpulan
rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem. Seperti contoh
jaring-jaring makanan di bawah ini terdiri dari 3 rantai makanan
c . Piramida makanan
Merupakan gambaran
perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam
piramida ini semakin ke puncak biomassanya semakin kecil.
d . Arus energi
Merupakan perpindahan
energi dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Yaitu dari sinar matahari
lalu produsen, ke konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai.
Sedangkan mineral membentuk siklus. Energi yang dilepas sangat kecil karena
setiap organisme membutuhkan energi dalam memenuhi kebutuhannya.
e . Siklus energi
Merupakan perpindahan
zat dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Akhirnya akan kembali ke tempat
zat itu berasal.
Keseimbanganekosistem dapat terjadi
bila ada hubangan timbale balik di antara komponen-komponen
ekositem. Perhatikan grafik perbandingan jumlah produsen, herbivora
dan karnivora!
Semula produsen,
herbivora dan karnivora berada pada tempat tertentu. Tumbuhan sebagai produsen
yang jumlahnya paling banyak. Apabila ada hal-hal yang mengubah lingkungan maka
organism tersebut tidak akan mengalami perubahan, tetapi jika jumlah organism tidak
terkendalikan akan membahayakan organisme lainnya.
hubungan antar
komponen ekosistem,hubungan antara komponen ekosistem,contoh abiotik
mempengaruhi biotik,contoh hubungan antara komponen biotik yang dipengaruhi
oleh komponen,hubungan antara komponen abiotil dengan komponen biotik,jelaskan
macam macam hubungan yang terjadi dalam suatu ekosistem,relasi biotik-biotik
E. Keanekaragaman
mahluk hidup
Kenekaragaman dapat
terjadi akibat dipengaruhi oleh factor genetic dan factor lingkungan. Factor
genetic atau factor keturunan adalah sifat dari makhluk hidup itu
sendiri yang diperoleh dari induknya. Factor genetic ditentukan oleh gen atau
pembawa sifat.
Factor lingkungan
adalah factor dari luar makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik,
lingkungan kimia, dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik misalnya suhu,
kelembapan cahaya, dan tekanan udara. Lingkungan kimia misalnya makanan,
mineral, keasaman, dan zat kimia buatan. Lingkungan biotik misalnya
microoaganisme, tumbuhan, hewan, dan manusia.
1. Perkawinan
(persilangan)
Perkawinan dapat
menghasilkan keanekaragaman. Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan antar
individu berbeda sifat, tetapi tergolong dalam jenis (spesies) yang sama.
Perkawinan antara spesies yang berbeda mungkin dapat menghasilkan keturunan,
tetapi keturunannya itu tidak mampu menghasilkan keturunan yang baru. Yang mana
keturunan yang baru itu, merupakan keturunan yang steril.
Perkawinan antar
individu didalam jenis (spesies) yang sama akan menghasilkan keturuna yang
fertil. Artinya, keturunan tersebut mampu berkembang biak menghasilkan
keturunan berikutnya. Didalam spesies yang sama terdapay perbedaan sifat.
Perkawinan antar makhluk hidup yang berbeda sifat dapat menghasilkan keturunan
yang memiliki sifat baru. Keturunan dengan sifat yang baru tersebut merupakan
individu baru. Perkawinan demikian disebut pembastaran atau persilangan. Jadi,
melalui pembastaran akan muncul keanekaragaman yang baru.
Persilangan buatan
banyak dilakukan pada tumbuh-tumbuhan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat
baru yang unggul. Misalnya, persilangan tebu untuk memperoleh bibit tebu yang
unggul. Demikian pula dengan untuk mendapatkan bibit padi, jagung, dan kedlai
atau hewan budidaya tertentu.
2. Keadaan
lingkungan
v Biasanya jenis makhluk yang ada
di daerah subur lebih banyak dibandingkan dengan di daerah gersang. Jadi,
keanekaragaman makhluk hidup di daerah subur lebih tinggi daripada di daerah
gersang. Indonesia termasuk daerah Negara yang subur dan memiliki
keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi.
v Disebuah batu di tepi sungai
terdapat berbagai makhluk hidup. Misalnya lumut, tumbuhan paku, rumput, lumut
kerak, dan siput. Keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering berbeda
dengan keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering. Dalam contoh ini,
keanekaragaman dipengaruhi oleh kelembapan dan ketersediaan air.
Makhluk hidup harus
dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) terhadap lingkungannya. Makhluk hidup
yang mampu beradaptasi akan lestari. Sebaliknya, makhluk hidup yang tidak dapat
beradaptasi akan punah. Makhluk hidup yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
tersebut dapat memunculkan spesies baru.
C. Tindakan Manusia Yang Mengakibatkan
Menurunkan Keanekaragaman Makhluk Hidup
1. Perusakan
Habitat
Habitat didefinisikan
sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi
penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak
memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan
karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang
dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan.
Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem,
jenis, dan gen.
Selain akibat
aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam
misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu
karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta
biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup
dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena
terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan
mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
2. Penggunaan
Pestisida
Yang termasuk
pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang
sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya
menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan
lainnya.
3. Pencemaran
Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting.
Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga
4. Perubahan
Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan
produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari
hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya
tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat
menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.
5. Penebangan
Penebangan hutan tidak
hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak
pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan
karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan
menurunkan plasma nutfah.
6. Pencemaran tanah,
air, dan udara
Mikroorganisme tanah
banyak yang mati akibat pencemaran dari limbah logam berat perindustrian dan
pertanian, tumbuhan dan organisme tanah di hutan rusak karena hujan asam.
7. Perubahan Iklim
Global
Pencemaran udara mengakibatkan
kenaikan suhu bumi. Tiap kenaikan 1° C akan menggantikan batas toleransi
beberapa spesies di daratan sekitar 125 km ke arah kutub atau 150 m vertikal ke
arah gunung. Permukaan air laut akan naik dan beberapa pulau akan tenggelam.
8. Industrialisasi Pertanian
dan Kehutanan
Pemuliaan tanaman menyebabkan terjadinya
sistem penanaman monokultur sehingga keanekaragaman hayati di suatu wilayah
menurun.
D. Upaya Manusia
Yang Melestarikan dan Meningkatkan Keanekaragaman Makhluk Hidup
Tidak semua aktifitas
manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang
justru meningkatkan keanekaragaman hayati.
1. penghijauan
Kegiatan penghijauan
meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam
tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.
2. pembuatan
taman kota
Pembuatan taman-taman
kota selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, mamberi
keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.
3. Pengembang
biakan
Hewan atau tumbuhan
langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in
situ dan ex situ. Pembiakan secara in situ adalah
pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon,
Taman Nasional Komodo.
Pembiakan secara ex
situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana
lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun
binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
5. Memelihara
kelestarian hutan
Hutan merupakanhabitat
berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Oleh sebab itu kelestariannya harus dijaga.
Untuk melindungi hutan perlu dilakukan tindakan, seperti :
v Reboisasi, yaitu menanami
kembali hutan-hutan yang telah gundul.
v Melakukan tebang pilih, artinya
kalau kita memerlukan kayu, pohon yang akan ditebang harus memenuhi syarat umur
dan ukuran.
v Menghindari kebakaran hutan.
6. Menetapkan
daerah perlindungan alam
Pemerintah di bawah
Menteri Kehutanan mempunyai suatu badan yang menangani daerah-daerah
perlindungan alam, yaitu PHDA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Di
Indonesia terdapat sekitar 350 daerah perlindungan alam yang tersebar di
berbagai propinsi. Daerah perlindungan alam tersebut digolongkan berdasarkan
ukuran, keunikan, ekosistem, dan fungsinya.
1. Hutan Suaka Alam
Hutan Suaka Alam
adalah hutan yang mempunyai fungsi sebagai pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan hewan serta ekosistemnya, dan sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Penyangga kehidupan artinya harus mampu memenuhi kebutuhan makhluk yang hidup
di dalamnya. Kawasan suaka alam dibagi menjadi dua wilayah, yaitu:
a. Cagar
Alam
Cagar Alam, mempunyai
ciri berupa tumbuhan, hewan, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang berlangsung secara alami.
b. Suaka
Margasatwa,
Mempunyai ciri khas
berupa keragaman dan atau keunikan jenis hewan bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Untuk kelangsungan hidupnya, dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Beberapa
contoh suaka margasatwa di Indonesia dapat kamu lihat pada tabel berikut ini.
2. Hutan Pelestarian Alam
Hutan Pelestarian Alam
merupakan hutan dengan ciri khas tertentu, fungsi utamanya untuk perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Hutan ini terbagi atas wilayah, yaitu taman nasional , taman hutan raya, dan
taman wisata alam.
3. Taman Nasional
Merupakan kawasan
pelestarian alam yang dikelola dengan sistem wilayah. Sistem wilayah ini
terdiri atas wilayah inti dan wilayah lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, pariwisata, rekreasi, dan pendidikan. Contoh taman nasional yaitu
taman nasional Gunung Gede Pangrango di Pulau Jawa dan Taman Nasional Kerinci
Seblat di Sumatra.
4. Taman Hutan Raya
adalah kawasan
pelestarian alam, terutama dimanfaatkan untuk koleksi tumbuhan atau hewan; baik
alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli. Taman hutannya dibuat untuk
tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, budaya, pariwisata, dan
rekreasi. Contoh taman hutan raya, yaitu Kebun Raya Bogor di Jawa Barat
5. Taman Wisata Alam
adalah hutan wisata
yang memiliki keindahan alam, baik keindahan tumbuhan, hewan, maupun keindahan
alam yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan
kebudayaan. Contoh taman wisata alam, antara lain Pulau Kembang di Kalimantan,
Danau Towuti, Danau Matano dan Mahalono di Sulawesi, Danau Lebu, dan Pulau
Menipo di Nusa Tenggara. Pemerintah juga menetapkan taman laut, sebagai wilayah
lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan dan keunikan. Taman laut
khusus digunakan sebagai kawasan laut untuk dibina dan dipelihara guna
perlindungan ekosistem laut, rekreasi, pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan.
Contohnya Taman Nasional Laut Bunaken, Taman Wisata Laut di Sulawesi, Taman
Wisata Laut Teluk Kupang, dan Taman Wisata Laut Teluk Maumere di Nusa Tenggara.
F. TIPE
– TIPE EKOSISTEM
Ekosistem Perairan Dalam.
Komunitas ekosistem
perairan dalam di Indonesia belum banyak diketahui secara pasti. Hal ini
dikarenakan belum dikuasainya perangkat teknologi untuk meneliti hingga
mencapai perairan dalam, tetapi secara umum keanekaragaman komunitas kehidupan
yang ada pada perairan dalam tersebut tidaklah setinggi ekosistem di tempat
lain. Komunitas yang ada hanya konsumen dan pengurai, tidak terdapat produsen
karena pada daerah ini cahaya matahari tidak dapat tembus. Makanan konsumen
berasal dari plankton yang mengendap dan vektor yang telah mati. Jadi, di dalam
laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan.
Jika diamati
hewan-hewan yang hidup di perairan dalam warnanya gelap dan mempunyai mata yang
peka dan mengeluarkan cahaya. Daur mineralnya terjadi karena gerakan air dalam
pantai ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air ini digantikan oleh air
dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi perpindahan air dari lapis
bawah ke atas.
Ekosistem Pantai Pasir Dangkal.
Komunitas ekosistem
pantai pasir dangkal terletak di sepanjang pantai pada saat air pasang. Luas
wilayahnya mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai besar atau
terletak di antara dinding batu yang terjal/ curam. Komunitas di dalamnya
umumnya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang dan atau rerumputan.
Jenis ekosistem pantai pasir dangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini dapat
kita jumpai di perairan jernih. Terumbu karang terbentuk sebagai hasil dari
kegiatan berbagai hewan laut seperti kerang, siput, cacing, Coelenterata dan
alga kapur (Halimeda). Syarat hidup binatang kerang, yaitu airnya
jernih, arus gelombang kecil, dan lautnya dangkal. Ekosistem ini dapat kita
temukan di pantai sebelah barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
serta pantai utara Sulawesi dan Maluku.
2) Ekosistem Pantai Batu
Jenis ekosistem ini
terbentuk dari bongkahan-bongkahan batu granit yang besar atau berupa batuan
padas yang terbentuk dari proses konglomerasi (berkumpul dan menyatunya) antara
batu-batu kecil atau kerikil dengan tanah liat dan kapur. Ekosistem tersebut
biasanya didominasi vegetasi jenis Sargassum atau Eucheuma.
Di mana ekosistem pantai batu itu dapat kita jumpai? Ekosistem ini dapat kita
jumpai di wilayah pesisir berbukit yang berdinding batu mulai dari sepanjang
pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sampai pantai
selatan Maluku.
3) Ekosistem Pantai Lumpur
Ekosistem pantai
lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan laut yang
berada di muara sungai dan sekitarnya. Apabila sungainya besar, lumpur tersebut
membentang luas sampai menjorok ke laut. Di mana dapat kita jumpai ekosistem
pantai lumpur ini? Ekosistem pantai lumpur terdapat di muara yang disebut
sebagai monsun estuaria. Habitatnya berbagai jenis biota ikan gelodok.
Komunitas tumbuhannya adalah Tricemia, Skeratia, dan
rumput laut/Enhalus acoroides. Binatang-binatang ini memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Biasanya ekosistem pantai lumpur dapat kita jumpai di
pantai-pantai pada pulau cukup besar yang memiliki sungai-sungai lebar seperti
di Pulau Kalimantan, Irian Jaya, Sumatra, dan Jawa.
Ekosistem Darat Alami
Di negara kita
Indonesia, ekosistem jenis ini terbentuk dari tiga vegetasi utama, yaitu
vegetasi pamah, vegetasi pegunungan, dan vegetasi monsun.
Vegetasi Pamah/Dataran Rendah. Vegetasi pamah
merupakan vegetasi dataran rendah bagian terbesar hutan yang mencakup kawasan
paling luas di Indonesia, terdiri atas vegetasi rawa dan vegetasi darat yang
terletak pada ketinggian antara 0–1000 m di atas permukaan laut (dpl). Vegetasi
ini meliputi jenis-jenis berikut.
1) Hutan Bakau
Hutan bakau tersebar
hampir di seluruh pantai Kepulauan Indonesia. Jumlah jenis hutan bakau sekitar
95 jenis tumbuhan, komposisi jenis hutan tersebut dapat berbeda antara satu
dengan lainnya, tergantung dari kombinasi faktor-faktor habitat yang
mempengaruhinya.
2) Hutan Rawa Air Tawar
Hutan rawa air tawar
berada dalam kawasan yang luas, terletak di belakang hutan bakau. Berbagai
jenis hutan rawa terdapat di delta, umumnya mempunyai pohon-pohon dengan
ketinggian yang sama, sekitar 30 m memiliki kanopi lebat. Hal ini disebabkan di
delta secara teratur dibanjiri air tawar sebagai akibat gerakan pasang surut.
3) Hutan Tepi Sungai
Hutan tepi sungai
terdapat di sepanjang tepi sungai besar yang merupakan habitat transisi dengan
hutan rawa air tawar. Vegetasinya terdiri atas tumbuhan rawa musiman yang
berbeda. Lapisan tanahnya dalam, subur, dan gembur. Sebagian besar tumbuhannya
memiliki perakaran kuat, berkayu, daunnya menyempit, dan penyebaran bijinya
melalui air atau ikan. Hutan tepi sungai merupakan habitat kayu ulin (besi) dan
tengkawang, terdapat di Kalimantan. Hutan tepi sungai juga dapat dijumpai di
tebing-tebing berbatu yang vegetasinya sebagian besar berupa tumbuhan berkayu
dengan perakaran kuat yang hidup di antara celah-celah batu, jenis tumbuhannya
adalah reofit.
4) Hutan Rawa Gambut
Hutan rawa gambut
terbentuk dari timbunan gambut yang sangat tebal, berkisar antara 0,5 – 20 m.
Permukaan gambut terbentang luas berbentuk cekung yang tidak terkena genangan
air sehingga bersifat asam dengan pH<4 dan kandungan haranya rendah. Hal itu
menyebabkan jenis tumbuhannya terbatas, yaitu pohon-pohonnya tinggi, kurus, dan
tidak lebat. Hutan rawa gambut di Indonesia banyak terdapat di Pulau
Kalimantan.
5) Hutan Sagu
Hutan sagu berkembang
baik di daerah dengan aliran air tawarnya yang teratur. Di bawah hutan sagu
tidak terdapat tumbuhan lain dan lainnya terdiri atas lapisan serasah daun
bergambut. Hutan sagu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hutan sagu murni dan
hutan sagu campuran dengan hutan lain. Habitat kedua jenis hutan sagu tersebut
dapat Anda jumpai di Maluku dan Irian Jaya
Vegetasi Pegunungan. Vegetasi pegunungan
terletak di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut (dpl).
1) Vegetasi Hutan Pegunungan
a) Hutan pegunungan bawah, yaitu berada
pada ketinggian berkisar 1000–1500 m dpl. Semakin ke atas vegetasinya semakin
rendah, jika tumbuh semakin tinggi maka diameternya semakin kecil. Vegetasi
pada punggung dan lereng gunung umumnya berupa pohon pendek atau semaksemak.
Vegetasinya meliputi tanaman anggrek, paku-pakuan, dan lumut.
b) Hutan pegunungan atas berada pada ketinggian berkisar 1500-3300 m dpl. Hutannya lebat dengan ketinggian pohonnya mencapai 25 m, variasi vegetasinya lebih sedikit dibandingkan dengan hutan pegunungan di bawahnya.
b) Hutan pegunungan atas berada pada ketinggian berkisar 1500-3300 m dpl. Hutannya lebat dengan ketinggian pohonnya mencapai 25 m, variasi vegetasinya lebih sedikit dibandingkan dengan hutan pegunungan di bawahnya.
2) Vegetasi Padang Rumput
Padang rumput terletak
pada ketinggian berkisar antara 2500-4100 m dpl yang berada di Pegunungan Irian
Jaya dan Kamabu. Jenis vegetasinya meliputi padang rumput dengan paku pohon,
padang rumput semak tepi hutan, padang rumput merumpun, vegetasi lumut kerak,
dan hutan sub alpin. Adapun vegetasi rawa subalpin selain berada di Irian Jaya
dan Kamabu juga berada di Jawa seperti di Gunung Dieng, Gunung Gede, dan Gunung
Patuha.
3) Vegetasi Danau
Danau umumnya berada
di pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1500 m dpl. Vegetasi danau mempunyai
daerah yang kaya mineral hasil perairan meliputi daerah perairan terbuka sampai
perairan tertutup. Tumbuhan danau berada di Gunung Dieng.
4) Vegetasi Monsun
Vegetasi monsun berada di daerah
beriklim kering musiman dengan kelembapan udara lebih dari 33% dan curah hujan
sekitar 1500 mm/th. Jenis vegetasinya seperti berikut.
1) Padang Rumput. Padang rumput ini
menempati kawasan yang sangat luas dan biasanya bersinambungan dengan savana.
Vegetasinya terdiri atas komunitas campuran berbagai rumput, terna, dan perdu.
2) Savana. Savana terdiri atas padang
rumput dengan pohon terpencar jarang sampai lebat. Savana terdapat di Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya.
3) Hutan Monsun. Hutan monsun berada
pada ketinggian berkisar 0–800 m dpl, vegetasinya terdiri atas pohon-pohon
setinggi sekitar 25 m dan memiliki batang yang kurus dan bercabang rendah.
Terdapat di jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Ekosistem Buatan. Ekosistem suksesi
buatan merupakan ekosistem yang dengan sengaja dibuat sesuai kebutuhan manusia
seperti pembuatan danau/waduk/bendungan, hutan tanaman, agroekosistem, dan
sebagainya. Beberapa contoh ekosistem buatan sebagai berikut.
Bendungan/Waduk
Tujuan dibangunnya
waduk/bendungan, yaitu sebagai tempat penampungan air untuk memenuhi kebutuhan
manusia seperti pengairan/irigasi pertanian, pembangkit tenaga listrik, tempat
rekreasi, dan sarana olahraga. Selain itu, waduk merupakan ekosistem baru dengan
substrat dasar biasanya berasal dari kebun atau sawah maupun hutan dengan sifat
geologi yang berbeda-beda. Pada umumnya, komunitas biotik terbentuk masih dalam
fase suksesi dengan umur yang berbeda-beda seperti pada mulanya berbagai macam
ikan ditebarkan kemudian banyak tumbuhan pendatang tumbuh, misalnya kiambang
dan enceng gondok yang menutupi permukaan dan menjadi dominan di waduk itu.
Hutan Tanaman
Hutan tanaman
merupakan vegetasi yang terdiri atas tanaman budidaya bernilai tinggi yang
dengan sengaja ditanam pada kawasan tertentu. Biasanya jenis tanaman yang
dibudidayakan bernilai tinggi, seperti tanaman jati, mahoni, pinus, damar
rasamala, ampupu, manglit, dan puspa.
Agroekosistem
Agroekosistem
merupakan ekosistem yang dengan sengaja dibuat untuk keperluan pertanian.
Keanekaragaman ekosistem ini dipengaruhi oleh faktor jenis tanah, topografi,
iklim, dan budaya. Agroekosistem yang dikembangkan di Indonesia pada saat ini
antara lain: 1) sawah irigasi, 7) kolam, 2) sawah tadah hujan, 8) kebun, 3) sawah
surjan, 9) pekarangan, 4) sawah rawa, 10) perkebunan, 5) sawah pasang surut,
11) ladang. 6) tambak.
sumber : http://rithadkv.blogspot.co.id/2013/11/makalah-ipa-tentang-ciri-ciri-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar